Jumat, 31 Mei 2013

Daun yang Kau Pilih

                        Daun yang Kau Pilih
Wahai angin,
jika tak akan kau bawa pergi
mengapa pula hendak kau terbangkan daun itu?
kau tiup perlahan, lalu kau jatuhkan.
kau  hembus, layangkan,
dan kini ia terombang ambing ,
menari-nari dalam janji yang kau buat sendiri
Wahai angin,
kau yang memilih
melepas daun itu dari dahannya,
pantaskah kau biarkan daunmu perlahan menguning?
menguning sendiri, dan kemudian..
menyatu dengan tanah
                                    Payakumbuh/25 Desember 2013

                                   
                                     Aku (Hilang)

Tahukah kau,
Hingga saat ini tak sebait pun yang mampu kutulis
karena kamu, karena hujan yang lagi-lagi menetesi
dalamnya luka yang kau toreh

cerita ini tiba-tiba hilang
tak bisa lagi kutemukan
hingga kini pun
setelah berlama di sini,
tak sebaitpun yang selesai ku tulis
Kembali lagi bercerita tentang kamu, tentang hujan
setelah sekian lama bersembunyi dalam malam yang kian pekat
apa kabarmu sekarang,
setelah jauhi hari dan hatiku yang kau rangkai sendu

apa kabarmu sekarang,
setelah kau temukan kepingan terakhir dari puzzle yang kau susun
tanpa kutanya pun,
aku akan tau jawabnya
                                                                Padang/05 Maret 2013


                        kunang-kunang (kau atau aku)

siapakah sebenarnya kunang-kunang?
aku, atau kau
kalau kau, mengapa bukan aku
kalau aku, lalu kau berharap bukan aku
lalu, dimana titik temunya?
aku, atau kau
kau, atau aku
tak usah berdebat panjang,
sebaiknya mari kita tanyakan saja pada malam
                                                                Padang/09 Maret 2013










                        Bisik-bisik malam
malam, tolong bisikkan
tentang pagi yang akan segera datang
kalau aku tertidur,
bangunkan saja
tolong katakan, “ini pagimu”
malam, tolong bisikkan
kalau sekarang masih malam,
dan tentu saja
pagi akan datang
                                    Padang/09 Maret 2013




Rabu, 17 April 2013

Diam Punya Cerita



                               


                                
Aku dan Kamu,
Iya, hanya ada ‘Kita’
Ah, tapi mengapa diam yang lebih bertahta
Kau bungkam,
apalagi aku
Tapi sudahlah
Biar saja diam itu yang bercerita
tentang kita, meski hanya lewat tatap mata

                                      Padang, April ke-delapanbelas


Entah Aku saja 'Merasa'




Entahlah,
Tiba-tiba saja
Kurasa ada yang berbeda
Semenjak kemarin
di ujung pergantian senja
Entahlah,
Sorot mata tulusmu
Memudar lewat tatapan angin
yang mencoba berhembus “aku”
Entahlah,
apa benar, ataukah hanya merasa
tapi itu adanya
aku membaca,
dan aku mengeja
lewat tatap mata
di penghujung senja


                                  Padang, April  ke-delapanbelas


Minggu, 10 Maret 2013

Bertemakan Jenuh



                  


 
                Jenuh
Tinta-tinta itu memudar,
sejak tak terbaca lagi olehmu
Jemari itu kaku,
saat jerit hatimu tak lagi aku

susah payah ku pungut kepingan sunyi itu
berharap bait-bait rindumu memanggil aku
sudahlah, aku lelah
enggan saja pergi
tapi lebih jenuh lagi di sini
                             Padang, 11 Maret ‘13

                   Biar Saja
Jeritan-jeritan tak terdeteksi
suara-suara tak terdengar,
bukan, bukan bisu
tapi ambigu
lalu mereka berpura-pura saja
jika seperti tak terdengar,
mau apa lagi?
toh, bukan urusan mereka

di sini bukan tempat mengadu,
bawa saja jauh-jauh jeritan pilumu itu
jika tak begitu, biarkan saja berlalu
                             padang, 11 Maret ‘13




                Tercipta Berbeda
Sebenarnya ini menarik,
tapi,
tentu saja untukku
dan bukan untukmu
Sepertinya ini Unik,
tapi,
untukku
dan bukan untukmu
Dan ini betul-betul bermakna,
dan untuk siapa?
lagi-lagi untukku
Tentu saja begitu,
kau dan aku
tak pernah sama,
kau pergi, aku kembali
                   Padang, Maret’13