Setelah aku pergi
Oleh:
Restia Rahmi
Setelah aku pergi, apa kabar (kau) diksiku?
tlah kupungut aksara kita yang berjejer di sepanjang waktu nan lalu
tlah kukumpul bait-bait tuk penawar rindu nan batu
di sini semua waktuku berlalu tanpa (kau) diksiku
tlah kupungut aksara kita yang berjejer di sepanjang waktu nan lalu
tlah kukumpul bait-bait tuk penawar rindu nan batu
di sini semua waktuku berlalu tanpa (kau) diksiku
Apa kau tahu?
Sajak-sajak ini pasi tanpamu
apa kau tahu itu?
apa kau tahu itu?
Pekanbaru,
Oktober 14
Di
sebuah toko buku
Oleh:
Restia Rahmi
di sebuah toko buku bernama gramedia
waktu berlalu tanpa pernah sia-sia
sebab ada aku, buku-buku, dan juga kamu
di sebuah toko buku bernama gramedia
senja terlalu cepat menjelang
malam terasa begitu cepat datang
sedang aku masih enggan untuk pulang
senja terlalu cepat menjelang
malam terasa begitu cepat datang
sedang aku masih enggan untuk pulang
di sebuah toko buku bernama gramedia
jejeran rak dengan ribuan buku itu
seperti jadi sesuatu yang selalu kurindu
untuk kelak kukunjungi lagi denganmu
jejeran rak dengan ribuan buku itu
seperti jadi sesuatu yang selalu kurindu
untuk kelak kukunjungi lagi denganmu
Pekanbaru,Oktober
2014
Bukan
jalan ini
Oleh:
Restia Rahmi
jalanan ini terasa lengang
sama seperti sebelum kau datang
hingga aku serasa mencari yang tak hilang
padahal semua tersimpan jelas dalam kenang
sama seperti sebelum kau datang
hingga aku serasa mencari yang tak hilang
padahal semua tersimpan jelas dalam kenang
aku tak begitu suka menusurinya,
sebab di sini kita tak pernah ada
hanya membuang-buang waktuku saja
jika harus tetap berjalan dengan terbata
sebab di sini kita tak pernah ada
hanya membuang-buang waktuku saja
jika harus tetap berjalan dengan terbata
jalanan ini tak seperti di sana
dimana kita bisa bercerita sesukanya
dalam gelak tawa, suka, duka bahkan terkadang air mata
tapi semua itu tetap terbingkai indah
dimana kita bisa bercerita sesukanya
dalam gelak tawa, suka, duka bahkan terkadang air mata
tapi semua itu tetap terbingkai indah
meski di sini, bukan di sana
tempat kita biasa menyibak senja
tapi percayalah, bahkan jingga pun tengah merindu pada kita
tempat kita biasa menyibak senja
tapi percayalah, bahkan jingga pun tengah merindu pada kita
pekanbaru,
oktober 14
Samar-Samar
oleh:
Restia Rahmi
di sebelah utara gedung tua itu
terlintas kilat sepasang bola mata ini
kau, entah dengan siapa
secepat kilat kukabarkan pada hati yang hambar
tenang saja, bukan siapa-siapa
tapi rasa tak berlogika ini tetap saja berontak
untuk membenarkan hati tanpa libatkan logika
terlintas kilat sepasang bola mata ini
kau, entah dengan siapa
secepat kilat kukabarkan pada hati yang hambar
tenang saja, bukan siapa-siapa
tapi rasa tak berlogika ini tetap saja berontak
untuk membenarkan hati tanpa libatkan logika
ah, tapi ini bukan masalah rasa saja
tak baik berburuk sangka,
kali ini akal sehat yang bicara
setidaknya, untuk kali ini aku masih percaya
tak baik berburuk sangka,
kali ini akal sehat yang bicara
setidaknya, untuk kali ini aku masih percaya